Selasa, 13 Juli 2010
Pesta Dan Tangis Akhiri Piala Dunia
JOHANNESBURG,
KOMPAS.com —
Selalu saja ada pesta
luar biasa di atas
tangis. Banyak tangis
pula di sela-sela
pesta mengakhiri
Piala Dunia. Begitu
juga dengan Piala
Dunia 2010.
Kemenangan Spanyol
1-0 atas Belanda di
final Piala Dunia 2010
langsung disambut
pesta di mana-mana
oleh warga Spanyol
dan pendukungnya.
Namun, hasil itu
menimbulkan tangis
dan luka buat
Belanda.
Bahkan, luka Belanda
terasa begitu
menganga. Bertahun-
tahun berusaha
meraih Piala Dunia,
bahkan sudah masuk
ke final, tetapi selalu
gagal.
Belanda ke final Piala
Dunia tahun 1974,
1978, dan terakhir
2010. Itu pula yang
tampaknya
membuat tangis
Belanda lebih
menyesakkan. Air
mata Wesley
Sneijder, Arjen
Robben, Robin van
Persie dkk
merupakan cerminan
kekecewaan yang
dalam. Dan, dalam
sekejap, puluhan,
ratusan, bahkan
ribuan pendukung
meledak dalam
tangis. Itu terlihat di
FIFA Fan Fest
ataupun di stadion.
Di sisi lain, sorak-
sorai kegembiraan
seolah ingin
menenggelamkan
segalanya. Suka dan
tawa Iker Casillas
dkk langsung
disambut pesta di
mana-mana. Bahkan,
menurut beberapa
suporter Spanyol,
mereka siap
berpesta sebulan
penuh.
Ada pula yang kaul
akan telanjang bulat
di depan umum. Ada
pula yang akan
memotong rambut,
ada pula yang akan
menghabiskan
sebulan penuh
bersama pacarnya.
"Oh, Bung. Akan ada
pesta panjang dan
bisa sebulan selalu
ada di negara kami
jika Spanyol juara
Piala Dunia," kata
Aime, asal Madrid,
sebelum partai final.
Ana dan Elena, dua
wanita asal
Barcelona, siap larut
dalam berbagai pesta
di Afsel dan
negaranya. Bahkan,
mereka juga
menyiapkan pesta
istimewa dan khusus
bersama kekasihnya.
Ada suka, ada duka.
Ada tawa, ada luka.
Ada keriangan, ada
pula ratapan.
Begitulah sejarah
akhir kompetisi Piala
Dunia. Sebab, ini
bukan sekadar bola,
bukan sekadar
pertandingan
semata. Ada banyak
makna yang
terkandung di
dalamnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar