Sabtu, 17 Juli 2010
Kemana Rp 2,25 Miliar Itu?
KOMPAS.com - Piala
Dunia 2010 berakhir
dengan digelarnya
laga final Belanda
versus Spanyol di
Soccer City,
Johannesburg, Senin
(12/7) dini hari WIB.
Pertanyaannya: apa
yang bisa dipetik dari
perhelatan akbar
sepak bola sebulan
penuh tersebut,
terutama bagi sepak
bola Tanah Air? Itu
pertanyaan bagi
seluruh pemangku
kepentingan sepak
bola nasional,
terutama bagi PSSI.
Sebulan penuh sudah,
publik sepak bola di
Tanah Air mendapat
suguhan dan
tontonan sepak bola
level tinggi oleh 32
tim Piala Dunia 2010.
Ada hal negatif yang
tidak perlu dicontoh,
tetapi banyak hal
positif yang patut
diteladani.
Sempat diragukan di
awal, Afrika Selatan
secara keseluruhan
menjawab secara
konkret dengan
sukses menggelar
ajang olahraga paling
digemari itu.
Suara-suara
pesimistis yang dulu
terdengar kini
berubah menjadi
pujian. ”Saya melihat
sendiri, turnamen ini
diselenggarakan luar
biasa, atmosfernya
juga hebat. Setelah
datang sendiri, harus
saya katakan, Afrika
Selatan pasti bangga
(dengan hal ini), ” kata
Angela Merkel,
Kanselir Jerman, pada
situs FIFA.
Perempuan penggila
sepak bola itu hadir,
menonton langsung,
dan menari
kegirangan di tribune
saat Jerman
menggilas Argentina
4-0 di perempat final.
Sabtu (10/7),
Presiden Afrika
Selatan Jacob Zuma
berpidato yang
disiarkan stasiun-
stasiun televisi lokal
bahwa ”Kesuksesan
Piala Dunia 2010 ini
kemenangan bagi
Afrika ”.
Tonik bagi Blatter
Kesuksesan
penyelenggaraan
Piala Dunia 2010 pasti
mendongkrak posisi
Presiden FIFA Sepp
Blatter, yang dari
awal mengotot
menggelar Piala Dunia
di Afrika meski
ditentang sana-sini.
Masa jabatan Blatter
selaku Presiden FIFA
bakal berakhir 2011,
dan ia secara terbuka
menyatakan akan
mencalonkan diri lagi
untuk empat tahun
berikutnya.
Hal itu ditegaskan
kembali pada Kongres
FIFA di Sandton,
Johannesburg,
menjelang Piala
Dunia, Juni lalu.
Seperti halnya
presiden atau ketua
asosiasi-asosiasi
sepak bola seluruh
dunia dan presiden
konfederasi, masa
jabatan Presiden FIFA
empat tahun dan
setelah habis masa
jabatan itu, ia bisa
dipilih berulang-ulang
tanpa batas waktu.
Waktu itu
pernyataan terbuka
Blatter disambut
tepuk tangan meriah
208 utusan asosiasi
anggota FIFA.
Namanya juga punya
maksud, setelah
mengumumkan
keuntungan finansial
badan sepak bola
dunia tahun lalu
sebesar lebih dari
satu miliar dollar AS
(sekitar Rp 9 triliun),
Blatter pun membagi-
bagikan bonus
250.000 dollar AS
(sekitar Rp 2,25
miliar) bagi setiap
asosiasi anggota
FIFA dan 50 juta
dollar AS bagi enam
konfederasi di bawah
FIFA.
PSSI juga hadir dalam
kongres itu, diwakili
Ketua Umum Nurdin
Halid dan pengurus
lainnya. Seperti para
wakil asosiasi
lainnya, PSSI juga
kecipratan bonus Rp
2,25 miliar. Namun,
perlu dicatat, kucuran
uang FIFA itu
bukanlah bonus bagi
pengurus PSSI,
melainkan dana yang
dimaksudkan FIFA
untuk pengembangan
sepak bola.
Pelesir pengurus
PSSI
Senin (5/7), kurang
dari sebulan setelah
Blatter
mengumumkan
pencairan bonus Rp
2,25 miliar untuk para
asosiasi, puluhan
pengurus teras PSSI
pusat dan daerah
terbang dan pelesir
ke Afrika Selatan.
Seperti dikutip
Kompas.com, mereka
berjumlah 60 orang.
Mereka dijadwalkan
menyaksikan laga
semifinal dan final
Piala Dunia 2010.
Setiap orang
diperkirakan
menghabiskan biaya
sekitar Rp 75 juta,
meliputi uang saku,
penginapan, tiket,
dan akomodasi. Dari
mana uang untuk
membiayai
keberangkatan
mereka ke Afrika
Selatan? Seperti
biasa, tidak ada
keterangan yang
jelas. Sebagian dari
mereka terlihat di
Cape Town saat
semifinal Belanda
versus Uruguay
berlangsung.
Saat disinggung
puluhan pengurus
PSSI pusat dan
daerah yang pelesir
ke Afrika Selatan itu,
anggota Komite
Eksekutif PSSI,
Bernhard Limbong,
dikutip kantor berita
Antara, Selasa (6/7),
menyebutkan bahwa
hal itu sedikit hura-
hura saja, tetapi itu
juga hak mereka
untuk ke sana. ”Saya
memang tidak ikut
ke Afrika Selatan, ”
kata Limbong.
Gaya hidup pengurus
PSSI itu sangat ironis
jika melihat kondisi
persepakbolaan
Tanah Air akhir-akhir
ini. Bukan hanya
paceklik prestasi di
ajang internasional,
pengelolaan
keuangan PSSI juga
kacau dan tidak jelas.
Pelesir para pengurus
PSSI itu
memprihatinkan jika
mengingat bahwa
gaji tim nasional
futsal yang
mengharumkan
bangsa Indonesia
sebagai juara ASEAN
belum dibayar.
Inikah pelajaran dari
Piala Dunia 2010
untuk sepak bola
Indonesia?
Menyedihkan! (MH
SAMSUL HADI, dari
Johannesburg,
Afrika Selatan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar