Kamis, 02 September 2010
Inilah Pidato Bung Karno Untuk Malaysia
JAKARTA –
Perseteruan antara
Indonesia dan
Malaysia kembali
mencuat. Ketegagan
negeri serumpun kali
ini dipicu dari
ditangkap dan
disiksanya tiga
petugas kelautan
Indonesia oleh
kepolisian Malaysia.
Kejadian ini
mengingatkan kita
akan sejarah.
Dimana, pada tahun
1962-1966 Indonesia
juga sempat terlibat
cekcok dengan Negri
Jiran. Kala itu,
persoalan dipicu ulah
Malaysia yang dahulu
dikenal dengan
Persekutuan Tanah
Melayu ingin
menggabungkan
Brunei, Sabah, dan
Serawak menjadi
Federasi Malaysia.
Tindakan tersebut,
sontak saja dikecam
oleh Presiden
Indonesia yang kala
itu dijabat Soekarno.
Bung Karno menilai,
Malaysia adalah
boneka Inggris, dan
langkah tersebut
akan mengganggu
keamanan di
Indonesia. Bung Karno
memproklamirkan
gerakan ”Ganyang
Malaysia” melalui
pidato bersejarah
pada 12 April 1963.
Berikut kutipan
pidato Sang
Proklamator
Indonesia tersebut;
Kalau kita lapar itu
biasa
Kalau kita malu itu
juga biasa
Namun kalau kita
lapar atau malu itu
karena Malaysia,
kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke
Kalimantan hajar
cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat
jangan sampai tanah
dan udara kita
diinjak-injak oleh
Malaysian keparat itu.
Doakan aku, aku kan
berangkat ke medan
juang sebagai patriot
Bangsa, sebagai
martir Bangsa dan
sebagai peluru
Bangsa yang tak mau
diinjak-injak harga
dirinya.
Serukan serukan ke
seluruh pelosok
negeri bahwa kita
akan bersatu untuk
melawan kehinaan ini
kita akan membalas
perlakuan ini dan kita
tunjukkan bahwa
kita masih memiliki
gigi yang kuat dan
kita juga masih
memiliki martabat.
Yoo... ayoo... kita...
Ganjang...
Ganjang... Malaysia...
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-
satoe!
Menyikapi pidato
Bung Karno, Malaysia
pun murka. Mereka
mendemo Kedubes RI
di Kualalumpur dan
merobek-robek foto
Soekarno. Bahkan,
demonstran juga
sempat membawa
lambang burung
garuda kepada Tunku
Abdul Rahman dan
meminta agar dia
menginjaknya.
Namun, polemik
tersebut mereda
setelah posisi
Soekarno digantikan
Soeharto. Pada 28 Mei
1966, Indonesia dan
Malaysia pun sepakat
untuk berdamai, dan
penandatanganan
perdamaian dilakukan
pada 11 Agustus.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar