Minggu, 01 Agustus 2010
Abraham Lincoln, Presiden Hebat Yang Depresi Berat
detikcom - Jakarta,
Nama Abraham Lincoln
telah tercatat dalam
sejarah sebagai
presiden Amerika
Serikat ke-16. Lincoln
adalah seorang
pemimpin yang kuat,
yang mampu
memimpin bangsanya
keluar dari perang
saudara Amerika,
mempertahankan
persatuan bangsa dan
menghapuskan
perbudakan. Tapi
tahukah Anda bahwa
Lincoln menderita
depresi yang cukup
parah?
Entah penyakit,
gangguan ataupun
kondisi pikiran, yang
pasti depresi telah
mempengaruhi lebih
dari seratus juta orang
per tahun, termasuk
sosok pemimpin
tangguh Abraham
Lincoln.
Orang nomor satu
Amerika Serikat yang
menjabat sejak 4
Maret 1861 ini adalah
seorang yang
melankolis. Lincoln juga
ternyata menderita
depresi dari tahun ke
tahun.
Dilansir dari
PsychologyToday,
Senin (26/7/2010),
kondisi Lincoln
merupakan kasus
psikologis yang tidak
biasa. Meski seorang
yang melankonis
kronis dan menderita
depresi, tapi Lincoln
termasuk orang
terkuat dalam sejarah.
Selama tahun 1800-an,
Lincoln diketahui
menderita depresi,
kecemasan dan
insomnia. Depresi yang
dialaminya dimulai
dengan kematian
orang-orang yang
dicintainya. Sejak
masa kanak-kanak,
Lincoln juga diketahui
mengalami berbagai
macam trauma.
Lincoln berasal dari
keluarga yang miskin
dan tidak memiliki
latar belakang
pendidikan. Dilansir dari
mcmanweb.com,
satu-satunya saudara
laki-lakinya meninggal
saat masih bayi. Ibu,
bibi dan pamannya
meninggal karena
epidemi pada saat ia
berusia 9 tahun.
Sepuluh tahun
kemudian, kakak
perempuannya
meninggal saat
persalinan.
Tidak hanya sampai
disitu, Lincoln sempat
bertunangan dengan
Anne Rutledge, tapi
Anne meninggal
karena tiroid (Thyroid
Fever), yang
membuatnya sangat
hancur. Lincoln
kemudian bertunangan
dan menikah dengan
Mary Todd, meski ia
diam-diam mencintai
Matilda Edwards.
Ketika hubungannya
dengan Matilda
berakhir, Lincoln
tampak semakin 'gila'.
Akhirnya, Lincoln
bertemu kembali
dengan Mary Todd dan
menikah lagi 3 tahun
kemudian. Dari
pernikahannya, Lincoln
dikarunia 12 orang
anak. Ia sangat
mencintai anak-
anaknya, tapi dari 12
orang hanya 2 orang
yang bertahan hidup.
Yang paling membuat
terpukul adalah
kematian putranya
Willie di usia yang
masih sangat muda,
yaitu 11 tahun.
Tak hanya karena
masalah keluarga,
Lincoln juga sering
menghadapi masalah-
masalah besar dalam
kehidupan karirnya,
baik di bidang hukum,
ekonomi maupun
politik.
Sepanjang hidupnya,
Lincoln berusaha untuk
melawan sifat
melankolis dan depresi
pada dirinya. Tapi ia
tak pernah menjadi
orang yang ceria,
meski ia senang
membaca, bercerita,
ahli di bidang hukum,
intrik politik dan juga
suka bermain dengan
anak-anak.
Anehnya, disisi
pandang filosofis-
psikologis yang sama
dengan depresi, Lincoln
juga menjadi seorang
yang sangat kuat.
Keputusasaan dan
kegagalan telah
menguatkan
karakternya. Bahkan
Lincoln dinilai sebagai
presiden AS yang
paling hebat sepanjang
sejarah Amerika.
Lincoln memiliki
perasaan yang kuat
dan peduli pada nasib
seluruh umat manusia.
Lincoln memiliki sifat
baik dan tragedi,
membuat ilmu
psikologi tidak dapat
dengan mudah
menyimpulkan kondisi
yang dialaminya.
Sulit bagi ilmu psikologi
moderen untuk
memahami bagaimana
orang yang depresi
bisa memiliki rasa
percaya diri dan energi
untuk memimpin
negara yang paling
kuat di dunia. Ia harus
melewati kehancuran
dirinya sendiri tapi tak
pernah kehilangan rasa
kemanusiaannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar