Selasa, 07 Desember 2010
Sejarah Berdirinya Kaskus
Tak pernah terpikir oleh
Andrew bila website
yang dibangunnya pada
1999, ketika masih
bersekolah di Amerika,
saat ini jadi forum online
terpopuler di Indonesia.
Namanya Kaskus
singkatan dasri Kasak
Kusuk. Sesuai namanya
situs ini dijadikan
tempat berkasak kusuk
oleh hampir satu juta
member Kaskus.
Mereka membicarakan
topik apa saja dan
membentuk komunitas.
Saat ini terdapat 187
komunitas yang
menjadi bagian dari
Kaskus.
Andrew Darwis
(Founder Kaskus.us/
Admin Kaskus.us)
Mulanya Kaskus yang
dikembangkan oleh
Andrew, Ronald, dan
Budi ini dibuat untuk
memenuhi tugas kuliah
mereka. Konsep awal
Kaskus sebenarnya
adalah situs yang
mampu mengentaskan
dahaga mahasiswa
Indonesia di luar negeri
akan kampung halaman
melalui berita-berita
Indonesia. “Sayangnya
tak ada di antara kami
yang bisa menulis
berita, akhirnya kamia
hanya mere-write
berita-berita tentang
Indonesia dari CNN, ”
ujar Andrew.
Setelah berjalan
beberapa lama, Budi dan
Ronald mengundurkan
diri karena menganggap
Kaskus sama sekali
tidak menghasilkan
keuntungan, hanya
menghabiskan waktu
yang mereka punya.
Hanya Andrew yang
kemudian bertahan,
namun Kaskus terpaksa
vakum selama 8 bulan.
“Lalu Ken datang ke
Amerika dan
memberitahu saya hal
penting, ” ujar Andrew.
“Dia bilang kalau
penggemar Kaskus di
Indonesia cukup besar,”
lanjutnya. Ken yang juga
sepupu dari Andrew
memaksanya untuk
pulang dan
mengaktifkan Kaskus
kembali. “Sayang
teknologinya sudah ada
tapi tidak dipakai, ”
saran Ken.
Kaskus kemudian
diaktifkan kembali
dengan konsep berbeda.
Situs ini tak lagi diisi oleh
berita-berita CNN,
melainkan menjadi
sebuah forum di mana
tulisan-tulisan diposting
sendiri oleh para
kaskuser (pengguna
Kaskus). Konsep
tersebut membuat
pengunjung Kaskus
meningkat. “Orang
Indonesia memang
dasarnya cerewet
makanya ketika konsep
diganti menjadi forum
online, makin tambah
ramai, ” ujar Andrew
sambil tertawa.
Dibukanya kebebasan
bagi para member
untuk memposting
tulisan mereka,
membuat Kaskus
kebanjiran konten-
konten porno. Hal ini
yang mendorong
Andrew untuk
menyediakan rubrik
khusus berbau seks
dengan nama BB-17.
“Bila di sejumlah wilayah
Indonesia ada wilayah
lokalisasi PSK, di situs ini
kami juga menyediakan
lokalisasi untuk konten-
konten porno itu
daripada mereka
memposting semua
konten itu di sembarang
tempat (rubrik-red), ”
ujarnya.
Sejak saat itu diakui
Andrew, Kaskus identik
dengan situs porno,
padahal masih banyak
rubrik lain yang
bermamfaat. Namun, di
tahun 2008 ketika
kembali ke Indonesia,
pada saat bersamaan
terbit UU ITE. Sebagai
bentuk kesadaran,
Andrew mengambil
keputusan untuk
menghapuskan BB-17
dan membersihkan
Kaskus dari konten
porno.
“Anehnya pengunjung
Kaskus bukannya
berkurang tapi malah
bertambah terutama
member
perempuannya, ”
tuturnya. Dari
sebelumnya hanya 400
ribu pengguna
meningkat menjadi 960
ribu pada 2009, di mana
75%-nya adalah
pengunjung loyal. Selain
itu 95% server yang
digunakan Kaskus
dipindahkan dari
Amerika ke Indonesia
untuk meningkatkan
kualitas dan kapasitas
akses pengguna.
Seiring dengan
bertambahan jumlah
kaskuser, konsep situs
Kaskus pun mulai
cenderung berubah
sebagai market place.
Lambat laun banyak
yang menggantungkan
hidupnya dengan
berjualan di Kaskus.
“ Seorang kaskuser ada
yang menjual keripik
pisang di Kaskus dan
jualannya sangat laku
hingga 3.000 order per
hari, tak hanya itu ada
pula yang kerjaannya
menjual kamera di
Kaskus dan setiap
minggu dia bisa
menghasilkan omset
hingga 100 juta rupiah,”
tutur Andrew.
“Kami senang karena
situs yang kami buat ini
bisa membantu orang
lain dan berperan serta
memajukan “ekonomi
kerakyatan,” canda
Andrew.
Demi mempertahankan
member yang sudah
ada, Andrew dan Ken
memiliki trik tersendiri.
Mereka berusaha untuk
mendekatkan diri
kepada para member
dan mau mendengarkan
serta merespon keluhan
yang mereka
sampaikan dengan baik.
“ Lagipula Andrew
gampang dikontak
sehingga member
memiliki ikatan yang
kuat dengan kami, ”
sahut Ken.
Menurut Ken industri
kreatif seperti yang
mereka lakukan saat ini
memiliki prospek bisnis
yang bagus. “Bisnis ini
ibarat tanah kosong di
Sudirman yang di masa
datang, nilainya akan
semakin tinggi, ” ungkap
Ken. Menurutnya dalam
bisnis internet,
pengusaha bisa
melakukan trial and
error dengan mudah,
sehingga mereka tidak
perlu takut gagal karena
tidak ada konsekuensi
materil yang besar.
Namun menurut Ken
agar industri seperti ini
bisa maju, harus
dilakukan oleh banyak
pemain secara massal
untuk menghasilkan
persaingan yang luas
dan ketat.
“Harus ada keinginan
kuat dari masyarakat
Indonesia untuk
mengembangkan
industri kreatif ini.
Sehingga pada saatnya
nanti masyarakat
Indonesia tidak perlu
lagi mengakses situs
buatan luar negeri, ” ujar
Ken. Bahkan boleh jadi
nantinya situs
Indonesia pun digemari
masyarakat dunia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar